Sabtu, 14 Januari 2012

Angsa Emas si Bungsu

Di Jerman, hidup seorang Ayah dengan 3 anak laki-laki, bernama Sulung, Tengah dan Bungsu.
Suatu hari, si Sulung pergi ke hutan untuk mencari kayu. Karena Asyiknya bekerja, ia tidak tahu kalau ada seorang kakek yang berdiri memperhatikannya. Waktu tengah hari, Sulung beristirahat sambil menikmati bekal dari rumah. Pada waktu itulah kakek tua mendekat dan berkata, “Selamat siang, Anak muda. Berilah aku sedikit roti dan anggurmu itu, karena aku hampir mati kelaparan. ”
Si Sulung berkata dengan geram, “Tidak, Kek. Aku sendiri belum kenyang!”
Mendengar itu, orang tua itu mendengus dan pergi. Setelah istirahat beberapa lama, si Sulung kembali bekerja. Sungguh sial! Saat ia akan memotong dahan, mata kapak meleset dan mengenai kakinya. Sulung terpaksa pulang dengan tertatih-tatih.
Keesokan harinya, si Tengah pergi melanjutkan pekerjaan kakaknya. Ia pun bertemu dengan kakek aneh yang meminta pastel dan air anggurnya, dan dengan kasar ia mengusirnya. “Ayo pegi! Pastel dan anggur ini hanya untukku”, katanya. Maka sambil menelan ludah, orang tua itu pun pergi. Si Tengah melanjutkan pekerjaanya. Karena tergesa-gesa, mata kapak itu meleset dan melukai kakinya, sehingga ia harus pulang dengan terpincang-pincang.
Keesokan harinya, Bungsu minta ijin kepada ayahnya untuk pergi ke hutan, tetapi Ayahnya marah. “Kedua kakakmu saja kakinya luka kena kapak, apa lagi anak sepandir engkau?” Karena si Bungs uterus mendesak, akhirnya si Ayah berkata, “Ya sudah, pergilah! Biar kapakmu nanti yang memberi pelajaran!”
Si Bungsu berangkat. Bekalnya hanya roti hitam yang keras dan air anggur yang asam. Di hutan ia menebang pohon dan membelahnya menjadi potongan-potongan kayu bakar. Waktu ia beristirahat, orang tua itu pun muncul serta berkata, “Selamat siang! Maukah kau membagi bekalmu denganku? Aku lapar dan haus sekali.”
“Bekalku hanya roti hitam dan anggur asam,” sahutnya, “Tapi kalau kakek mau, silahkan duduk dan menikmatinya.”
“terima kasih,” kata orang tua itu. Ajaib! Roti hitam yang sangat keras itu tiba-tiba berubah menjadi pastel daging yang masih hangat, dan air anggur pun terasa manis sekali. Selesai makan, orang tua itu berkata, “Kau baik hati, Anak muda. Engkau pantas menerima hadiah. Tebanglah pohon ek itu dan ambillah isinya!”
Setelah berkata demikian, orang tua aneh itu pun menghilang. Kemudian si Bungsu menebang pohon ek. Dan apakah dijumpainya? Pada akar pohon itu, tertambat seekor angsa emas hidup. Bulunya kuning kemilau. Si Bungsu melepaskan ikatannya dan mendekapnya dengan hati-hati. Sambil membelai angsa emas, Bungsu berpikir-pikir, “Daripada pulang ke rumah dan menjadi cemoohan, lebih baik mengembara.”
Ia mulai mengembara. Petang itu ia tiba di rumah penginapan, dan menyewa kamar untuk beristirahat. Pe,ilik penginapan memiliki 3 orang anak perempuan. Mereka semua ingin memiliki bulu ekor angsa itu. Karena itu, ketika si Bungsu tidur lelap, si Sulung berjalan berjingkat-jingkat mendekati angsa emas yang juga sedang tidur, kemudian menarik sehelai bulu ekornya. Tetapi aneh, tangan gadis itu tetap melekat pada ekor angsa emas, dan ketika adiknya menolong, tangan adiknya pun melekat ke pinggang kakaknya, lalu tangan gadis bungsu melekat pada pinggang gadis kedua.
Keesoka harinya si Bungsu bangun, mendekap angsa emasnya, dan meneruskan perjalanan seolah-olah tidak melihat gadis-gadis yang membuntutinya terus. Mereka melewati sebuah gereja. Seorang laki-laki jangkung berpakaian serab hitam menggeleng-gelengkan kepalanya menyaksikan iring-iringan itu. Kemudian ia berseru kepada ketiga gadis itu, “Hai, apakah kalian tidak malu membuntuti pemuda seperti itu? Ayo, cepat tinggalkan dia!” Lalu ia pun menarik gadis bungsu, sehingga ia pun terpaksa ikut bersama mereka.
Kejadian itu terlihat oleh seorang pengurus gereja, yang mengira bahwa lelaki kurus itu sedang mengganggu gadis-gadis muda. Maka tanpa bertanya, ia pun lari mengejar dan menarik jubah lelaki itu, dan seketika itu juga tangannya melekat ke jubah laki-laki itu.
“Hai, kawan! Tolonglah kami!” teriak lelaki berjubah hitam.
Kedua petani itu segera menolong. Tetapi ketika tangan mereka menyentuh ikat pinggan si penjaga gereja, keduanya tidak dapat melepaskan diri. Betapa lucunya 7 orang berjalan mengiringi seorang pemuda dan angsa emasnya. Mereka masuk sebuah kerajaan. Dimana sang Raja mengumumkan sayembara, barang siapa yang dapat membuat Putri tersenyum, akan memperoleh separuh kerajaan dan boleh mempersunting Putri.
Mendengar hal itu, si Bungsu segera menghadap Putri, bersama angsa emas dan rombongannya. Putri raja memperhatika orang-orang yang seorang pemuda dengan mendekap angsa emasnya, dibuntuti oleh: 3 gadis pemilik rumah penginapan, laki-laki jangkung berjubah hitam, pengurus gereja yang gemuk dan pendek, dan 2 orang petani yang mukanya kemerahan.
Oh, betapa lucunya! Sang Putri pun tertawa terpingkal-pingkal. Si Bungsu memenangkan sayembara! Lalu ia melepaskan angsa emas dan seketika itu juga ketujuh orang yang melekat kembali bebas. Suasana riang waktu pesta perkawinan si Bungsu dengan sang Putri. Mereka hidup bahagia sebagai Raja dan Permaisuri yang dicintai rakyat.

~~~~OOO~~~~

Don’t forget to coment and join this site…!!! XDDD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar